Minggu, 29 Mei 2011

Cerpen...

Dia..Sahabat Kecilku


            Di pagi yang kelabu Tami terbangun oleh alarm yang terus berbunyi. Tiba-tiba saja Tami melamun, teringat oleh Irfan. Yah, sekarang Irfan telah menjadi mantannya setelah kejadian semalam. Irfan memutuskan hubungannya karena dia akan pergi ke Swiss dan menetap di sana bersama kedua orang tuanya.
“Tam, kamu tau kan orang tuaku akan melanjutkan bisnisnya kakek di Swiss?” Irfan memulai pembicaraannya.
“Iya, aku tau. Kamu kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?” tanya Tami bingung.
“Hmm..sebenernya berat buat aku menyatakan ini semua.” jawab Irfan.
“Memang apa yang ingin kamu katakan?” tanya Tami semakin bingung.
“Aku akan ikut ke Swiss bersama orang tuaku dan akan meninggalkan Indonesia lusa. Maafkan aku, aku harus mengakhiri hubungan kita karena aku tidak ingin menyusahkanmu. Mungkin aku bukan yang terbaik untukmu.” jelas Irfan.
“Tapi kenapa?” tanya Tami menahan tangis.
Tami tidak percaya semua ini akan terjadi. Dia bingung harus melakukan apa. Dia merasa kecewa terhadap Irfan yang meninggalkannya. Dia hanya bisa menangis.
“Sekali lagi maaf, aku gak bisa. Ini juga demi kebaikan kita.” jelas Irfan.

***

“Tamiii!! Ini temanmu datang. Cepat turun!!” teriak mamanya.
Sekejap lamunan Tami buyar oleh teriakan mamanya. Dengan berat hati, Tami keluar kamar. Ternyata yang datang adalah Vita, sahabatnya. Vita orangnya menyenangkan, ya walaupun sedikit keras kepala.
“Ada apa Vit? Kok pagi-pagi udah ke sini?” tanya Tami.
Tami merasa aneh saat Vita datang ke rumahnya pagi-pagi. Karena setahu Tami, saat liburan seperti ini Vita pasti bangun siang.
“Loh kita kan udah janjian mau ngerjain tugas.” jelas Vita.
“Hah? Iya, ya?” tanya Tami kaget.
Tami lupa dengan janjinya kemarin sore bersama Vita untuk mengerjakan tugas. Padahal dia selalu bersemangat untuk mengerjakan tugas.
“Yah dia lupa!” ucap Vita.
“Sorry..sorry..gue lagi sedih nih.” jelas Tami.
“Sedih kenapa, Tam?” tanya Vita.
“Hhh…” desah Tami.
“Ayolah cerita sama gue.” desak Vita penasaran.
“Gue..gue putus sama Irfan, Vit.” jelas Tami.
“Putus? Kenapa?” tanya Vita semakin penasaran.
“Dia..dia..mau pindah ke Swiss ikut orang tuanya, Vit.” jelas Tami sambil menangis.
“Uuu..Tami..lo yang sabar ya. Mungkin ini yang terbaik buat kalian berdua” hibur Vita yang juga merasa seih melihat sahabatnya seperti itu.
“Iya, makasih Vit. Oh ya gimana tugas kita?” tanya Tami.
“Hmm..lo gapapa Tam kalo kita ngerjain sekarang? Gue khawatir sama lo.” tanya Vita.

“Gue gapapa kok, lo tenang aja Vit.” jawab Tami.

***

            Pagi ini adalah hari pertama Tami masuk sekolah setelah libur semester ganjil. Tami yang duduk di kelas 2 SMA ini, dengan berat hati berangkat ke sekolah. Masih terngiang dibenak Tami kejadian Jumat malam kemarin bersama Irfan yang mengakhiri hubungannya dengan Tami. Pukul 06.15 Tami sampai di kelas. Dilihatnya Randy dan Vita sedang asyik bersenda gurau bersama.
            “Eh, Tami udah dateng. Apa kabar?” tanya Randy dengan ceria.
            “Baik kok, Ran. Btw..lagi pada ngapain nih?” tanya Tami.
            “Kita lagi ngobrol-ngobrol aja nih. Gimana keadaan lo?” tanya Vita.
            “Loh emang Tami kenapa?” tanya Randy bingung.
            “Ahh..Randy lola banget sih, tadi kan udah gue ceritain.” omel Vita.
            “Ohh..yang Tami putus sama Irfan?” ucap Randy polos.
            “Aduh Randy!!! Gak usah keras-keras ngomongnya!! Gak enak sama Tami.” kata Vita sambil menutup mulut Randy.
            “Eh..sorry Tam, gue gak ada maksud buat lo sedih.” jelas Randy merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya.
            “Iya gapapa kok Ran, Vit, gue udah baikan.” jelas Tami.
            Akhirnya Tami pun ikut bergabung dengan Randy dan Vita. Tak lama setelah itu, bel masuk berbunyi. Tami dan murid-murid yang lain pun bersiap-siap mengikuti pelajaran. Jam pertama adalah Bu Shinta. Guru kimia yang paling ramah di sekolah Tami. Beliau tidak datang sendiri, dia membawa seorang murid dan sepertinya murid baru.
            “Selamat pagi anak-anak. Kita kedatangan murid baru pindahan dari SMAN 1 Bandung. Ayo nak, perkenalkan dirimu.” perintah Bu Shinta.
            “Baik, Bu. Pagi semua!!” sapa murid itu.
            “Pagiii!!” jawab murid-murid.
            “Perkenalkan nama saya Danar Alfian. Kalian bisa panggil saya Danar. Saya murid pindahan dari SMAN 1 Bandung.”
            Danar pun memperkenalkan dirinya. Tami pun terus memperhatikannya. Dia merasa aneh ketika melihat murid baru tersebut.
            “Kayaknya gue kenal.” kata Tami dalam hati.
            “Baiklah Danar, kamu duduk di sebelahnya Randy ya.” perintah Bu Shinta.
            “Baik, Bu.” jawab Danar.
            Setelah perkenalan itu, kelas menjadi ricuh. Banyak yang ingin berkenalan dengan Danar. Salah satunya Vita. Dilihat dari parasnya, Danar memang cukup menarik. Tak heran banyak cewek yang ingin berkenalan dengannya walaupun ia sudah memperkenalkan diri.
            Bel istirahat pun berbunyi. Tami, Vita dan Randy bergegas menuju kantin karena Randy sudah kelaparan. Vita pun memesan makanan di Mbok Dharmi langganan mereka. Sambil menunggu pesanan, Tami, Vita dan Randy membicarakan kedatangan murid baru di kelasnya. Saat mereka sedang asyik membicarakannya, tiba-tiba Danar datang dan mengejutkan mereka.
            “Hai!! Boleh gabung gak?” tanya Danar.
            “Weets..boleh kok sob!! Kenalin ini sahabat-sahabat gue.” jelas Randy sambil menunjuk Tami dan Vita.
           

“Vita mah gue udah kenal haha. Lo Tami? Salam kenal ya.” ucap Danar sambil menjabat tangan Tami dan tersenyum.
Tami pun melamun menatap Danar. Dia merasa aneh dengan senyum yang diberikan Danar.
“Kayaknya gue pernah liat senyum itu.” kata Tami dalam hati.
“Woy, Tam!! Bengong aja lo!! Liatin Danar ya? Hayoo..” ledek Randy yang terkenal jahilnya.
“Ihh apaan sih Ran, sok tau lo!!” jawab Tami membela diri.

***

            Dua minggu berlalu setelah kedatangan Danar. Danar pun cepat beradaptasi dengan murid-murid di SMAN 4 Jakarta. Dia sekarang juga menjadi sahabat Randy, Vita dan Tami. Tapi Tami tetap merasa ada yang berbeda pada diri Danar. Dia seperti mengenalnya. Senyumannya, sikapnya, semuanya hampir sama dengan sahabat kecilnya dulu.
            “Apa mungkin dia Fian? Tapi kenapa dia tidak memakai gelang itu? Dan setauku nama aslinya Fiantoro bukan Danar Alfian.” guman Tami yang masih bingung dengan apa yang dirasakannya.
            Tami pun mencoba menyangkalnya. Dan pada saat itu juga, Danar datang menghampirinya di taman belakang sekolah. Mata Tami terbelalak saat melihat Danar menghampirinya dan dilihatnya Danar memakai gelang. Gelang yang dulu sangat dikenalinya.
            “Gelang itu...gelang itu kan...gak salah lagi.” guman Tami yang semakin yakin dengan perasaannya.
            “Tam? Kok lo ngeliatin gue kayak gitu?” tanya Danar heran dengan tingkah Tami yang menatapnya tajam.
            “Fian...” ucap Tami tanpa sadar.
            “Dari mana lo tau nama kecil gue? Yang tau nama itu kan cuma...Anin?” tanya Danar yang juga menyadarinya.
            “Fian..jadi lo bener Fian?” tanya Tami yang semakin tak percaya kalau yang ada di depannya adalah Fian sahabat kecilnya.
            “Lo Anin kan? Iya gue Fian, Nin.” jawab Danar senang mendengar Tami menyebutnya Fian.
            Tanpa sadar mereka berpelukan ditengah keramaian taman belakang sekolah, banyak murid-murid yang melewati taman berhenti untuk melihat Danar dan Tami.
            “Fian!! Lo kemana aja? Kenapa waktu itu lo tinggalin gue?” tanya Tami yang tampak kecewa dengan Danar di masa lalunya.
            “Maaf Nin, gue gak bermaksud buat lo sedih atau kecewa. Waktu itu gue udah sempet mau pamitan sama lo, tapi lo pergi. Jadi gue cuma tinggalin surat sama lo.” jelas Danar.
            “Tapi kenapa lo gak pernah kirim surat lagi?  Dan kenapa lo ganti nama?” tanya Tami yang penasaran.
            “Waktu itu gue ngilangin alamat rumah lo, jadi gue gak tau harus kirim kemana. Kalo soal nama, alm. Mama gue yang minta. Dia bilang ke gue dulu dia pengen punya anak namanya Danar Alfian, tapi Papa ga setuju. Setelah Mama meninggal, Papa setuju dengan nama itu. Dan akhirnya gue ganti nama.” jelas Danar lagi.
            “Jadi tante Lisa udah..meninggal? Ya Allah, kenapa secepat itu? Kapan tepatnya?” tanya Tami gemetar.
            “Iya Nin, Mama udah gak ada sejak 5 tahun yang lalu.” jawab Danar.
            “Fian maaf gue gak tau.” ucap Tami yang tampak sedih.
            “Iya, gapapa kok Nin. Yang penting sekarang gue seneng banget bisa ketemu lo lagi setelah 11 tahun gak pernah ketemu lo. Lo banyak berubah ya sekarang. Gak manja kayak dulu.” ucap Danar yang begitu gembira melihat Anin, sahabat kecilnya.
            “Iya Fi, gue seneng banget bisa ketemu lo lagi. Gue juga gak nyangka kita bisa ketemu di sini. Gue pikir, kita gak akan pernah ketemu lagi.” ucap Tami dengan mata berbinar.
            “Kita gak akan pernah pisah lagi kok Nin, gue janji gak akan ninggalin lo. Gue akan jagain lo semampu gue seperti janji kita dulu. Kita akan saling menjaga.” kenang Danar kepada Tami.
            “Iya Fi, gue percaya lo. Kita harus selalu bersama apapun yang terjadi, kecuali kalau kita udah punya kehidupan masing-masing nanti.” ucap Tami sambil mengusap air matanya.
            Danar dan Tami pun kembali ke kelas dan menceritakan semua yang terjadi di taman belakang sekolah kepada Randy dan Vita. Randy dan Vita terkejut bercampur haru mendengar cerita Danar dan Tami. Walaupun begitu, Randy dan Vita ikut senang melihat dua sahabat kecil yang dulu terpisah dipertemukan kembali dan sekarang telah menjadi bagian dari Randy dan Vita.

-Selesai-